Minggu, 08 Desember 2013

IDENTIFIKASI MORFOLOGI TANAMAN KAKAO



BAB 1. PENDAHULUAN

Kakao merupakan tanaman tahunan (perennial) berbentuk pohon, di alam dapat mencapai ketinggian 10 m. Meskipun demikian, dalam pembudidayaan tingginya dibuat tidak lebih dari 5 m tetapi dengan tajuk menyamping yang meluas. Hal ini dilakukan untuk memperbanyak cabang produktif. Tanaman  kakao yang memiliki nama latin Theobroma cacao merupakan tumbuhan berwujud pohon yang berasal dari Amerika Selatan. Dari biji tumbuhan ini dihasilkan produk olahan yang dikenal sebagai cokelat.
Kakao merupakan salah satu komoditas ekspor yang dapat memberikan kontribusi untuk peningkatan devisa bagi Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara pemasok utama kakao dunia setelah Pantai Gading (38,3%) dan Ghana (20,2%) dengan persentasi 13,6%. Tidak hanya itu, kakao juga merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mamiliki peranan cukup penting bagi perekonomian nasional di Indonesia, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara.
Budidaya tanaman perkebunan merupakan salah satu usaha dalam bidang pertanian yang menjanjikan. Bermacam-macam jenis tanaman yang dapat dibudidayakan tersebut salah satunya adalah kakao yang merupakan komoditi yang memiliki nilai komersial dan prospek yang lumayan. Kakao di Indonesia adalah komoditas yang telah banyak menyumbangkan pemasukan devisa untuk negara. Produksi kakao Indonesia sebagian besar diekspor dan hanya sebagian kecil yang digunakan untuk konsumsi dalam negeri. Produk yang diekspor sebagian besar dalam bentuk biji kering dan hanya sebagian kecil dalam bentuk hasil olahan. Tujuan utama ekspor kakao Indonesia adalah Amerika Serikat, Malaysia, Brazil dan Singapura.
Untuk melakukan budidaya tanaman kakao yang baik dan benar, langkah awal yang perlu diketahui adalah morfologi tanaman kakao itu sendiri. Morfologi merupakan ciri atau karakter yang muncul atau nampak secara visual pada suatu organisme, dalam hal ini morfologi tanaman kakao merupakan karakter yang nampak secara visual dari kakao yang membedakan tanaman ini dengan tanaman laiinya. Umumnya morfologi tanaman dilihat dai organ tubuh atau bagian tanaman tersebut, seperti akar, batang, daun, bunga, dan buah.
Tanaman kakao memiliki akar tunggang yang disertai dengan akar serabut, berkembangdi sekitar permukaan tanah (dangkal, hanya kurang lebih sampai 30 cm). Batang tanaman kakao tumbuh tegak, tinggi bisa mencapai 3 meter, terdapat jorket yang merupakan tempat percabangna ortotrop ke pagiotrop dengan sifat percabangan yang demorfisme, pada batang pokok terdapat tunas air atau wiwilan yang merupakan bukan organ produktif sehingga perlu dilakukan pemangkasan. Daun tanaman kakao berbentuk bulat telur dengan ujung yang meruncing, berukuan cukup besar dan lebar, saat muda nerwarna merah mengkilat, daun kakao juga bersifat demorfisme, dan helaian susunan tulang daunnya menyirip simetris. Bunga tanaman kakao tumbuh dan berkembang dari bantlan pada batang dan cabang sehingga sifatnya disebut kauliflori, berwarna putih sedikit ungu kemerahan, berukuran kecil, merupakan organ generatif untuk pembentukan buah. Sedangkan buah kakao sendiri berbentuk buat memancang dan meruncing, berwarna hijau saat masih sangat muda, kemudian berwarna merah kecoklatan, dan akan berwarna kuning ketika masak.  

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas ekspor yang menjadi andalan bagi Indonesia dalam upaya menambah devisa. Disamping itu pengusahaan komoditas ini mampu menyediakan lapangan kerja karena dapat dilakukan dengan sistem padat karya. Menurut dinas perkebunan Riau, luas perkebunan Kakao adalah sebesar 5.663 ha dengan produksi 4,675 ton, dengan rincian perkebunan rakyat sebesar 73,98% (4.183 ha), perkebunan negara sebesar 8,1% (453 ha) dan perkebunan swasta 18,2% (1,027 ha) (Nurbaiti dan Maryani, 2007).
Kakao merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang telah lama dibudidayakan baik oleh masyarakat maupun perusahaan perkebunan yang dikelola oleh pemerintah. Hal ini disebabkan karena hingga saat ini berbagai produk pangan yang berbahan biji kakao sangat digemari oleh semua lapisan masyarakat. Oleh karena itu permintaan pasar akan tanaman ini terus meningkat dari waktu ke waktu seiring dengan peningkatan pertumbuhan penduduk, baik untuk pasar dalam negeri maupun ekspor ke berbagai negara yang merupakan produsen makanan berbahan dasar kakao. Untuk itu maka Indonesia sebagai salah satu produsen perlu memanfaatkan peluang tersebut untuk meningkatkan devisa negara dengan meningkatkan ekspor biji kakao (Kurniasih, 2011).
Kakao merupakan satu-satunya dari 22 jenis marga Theobroma, suku Sterculiaceae, yang diusahakan secara komersial. Sistematika tanaman ini sebagai berikut:
Divisi               : Spermatophyta
Anak divisi      : Angioospermae
Kelas               : Dicotyledoneae
Anak kelas      : Dialypetalae
Bangsa            : Malvales
Suku                : Sterculiaceae
Marga              : Theobroma
Jenis                : Theobroma cacao L
Beberapa sifat (penciri) dari buah dan biji digunakan dasar klasifikasi dalam sistem taksonomi. Berdasarkan bentuk buahnya, kakao dapat dikelompokkan ke dalam empat populasi. Kakao lindak (bulk) yang telah tersebar luas di daerah tropika adalah anggota sub jenis sphaerocarpum (BPTBTPP, 2008).
Pertumbuhan dan produktivitas tanaman kakao ditentukan oleh sifat genetik bahan tanam serta interaksinya dengan lingkungan tempat tumbuhnya. Selanjutnya dinyatakan bahwa produksi potensial ditentukan oleh bentuk bahan tanam yang digunakan, misalnya berupa benih, entres, atau sel somatik. Pemilihan klon harapan tahan hama PBK sebagai sumber bahan tanam maupun plasma nutfah merupakan salah satu modal dasar untuk mendapat bahan tanam dengan produktivitas dan mutu hasil yang tinggi. Perbanyakan tanaman melalui benih berupa biji disebut perbanyakan secara generatif. Produksi dan pemeliharaan benih perkebunan diatur dalam Peraturan. Selama dalam proses penangkaran, benih akan melalui pengujian lapangan, yang meliputi kemurnian, keseragaman, dan kebersihan pertanaman. Setelah pengujian lapangan, dilakukan pengujian laboratorium, untuk menguji kemurnian varietas dan fisik, kandungan air, dan daya kecambah (Limbongan, 2012).
Pada setiap pembibitan tanaman, air memiliki peranan yang sangat penting, kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis karena turgiditas sel penjaga stomata akan menurun, sehingga mengakibatkan terhentinya pertumbuhan. Defisiensi air yang terus-menerus akan menyebabkan perubahan irreversible (tidak dapat balik) dan pada gilirannya tanaman akan mati. Selain pengaturan pemberia air, kesuburan tanah merupakan hal lain yang perlu diperhatikan. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman kakao mulai dari perkecambahan sampai menghasilkan buah, membutuhkan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan bibit kakao normal. Tidak tersedianya unsur hara bagi tanaman akan menyebabkan pertumbuhan tanaman terganggu, sehingga dapat menurunkan hasil. Usaha peningkatan produksi pertanian seperti pangan, hortikultura, perkebunan tidak terlepas dari peranan pupuk sebagai bahan penyubur. Peningkatan efisiensi penggunaan pupuk harus diperhatikan karena salah satu faktor yang membatasi produksi tanaman adalah unsur hara dan pupuk dapat dipergunakan untuk mencapai keseimbangan hara untuk keperluan pertumbuhan tanaman, sehingga akan dicapai hasil produksi yang optimal (Asrul, 2011).
Kakao diklasifikasikan dalam dua jenis, kakao bulk dan kakao fine flavour. Kakao bulk atau kakao lindak berasal dari pohon-pohon forastero yang ditemukan di seluruh Afrika Barat dan Brasilia, sedangkan kakao fine flavour pada umumnya berasal dari pohon-pohon Criollo dan Trinitario yang ditemukan di Karibia, Venezuela, Indonesia dan Papua Nugini. Pertumbuhan batang kakao bersifat dimorfisme yang berarti memiliki dua macam bentuk pertumbuhan vegetatif. Pertama, kecambah yang membentuk batang utama yang bersifat ortotrop pada umur tertentu akan membentuk perempatan atau jorquette dengan 4-6 cabang primer tumbuh ke samping atau yang disebut cabang plagiotrop (Poedjiwidodo, 1996).
Identifikasi morfologi tanaman merupakan identifikasi terhadap tinggi tanaman, bentuk daun, jumlah buah, jumlah cabang, dan lain-lain. Identifikasi secara morfologi memiliki kelemahan yaitu penampilan sering rancu karena dipengaruhi oleh faktor lingkungan, subjektivitas peneliti dan umur tanaman. Oleh karena itu harus diikuti dengan identifikasi molekuler untuk memperoleh data identifikasi tanaman dengan tepat (Susantidiana, 2009).
Organ tanaman kakao yang erat kaitannya dengan hasil buah adalah daun (sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis), batang dan percabangan (sebagai tempat tumbuh bunga, buah, dan organ translokasi), serta akar (sebagai penopang tajuk tanaman dan organ penyerap air dan hara). Keseimbangan perkembangan antar organ tanaman perlu diatur melalui teknik budidaya yang baik dan benar sehingga dapat diperoleh hasil produksi yang tinggi. Teknik budidaya seperti penaungan, pemangkasan, pemupukan, atau pengairan samping batas tertentu (Ferlianto, 2006).
Tangkai daun bentuknya silinder dan bersisik halus, bergantung pada tipenya. Salah satu sifat khusus daun kakao yaitu adanya dua persendian (articulation) yang terletak di pangkal dan ujung tangkai daun. Dengan persendian ini dilaporkan daun mampu membuat gerakan untuk menyesuaikan dengan arah datangnya sinar matahari. Bentuk helai daun bulat memanjang (oblongus) ujung daun meruncing (acuminatus) dan pangkal daun runcing (acutus). Susunan daun tulang menyirip dan tulang daun menonjol ke permukaan bawah helai daun. Tepi daun rata, daging daun tipis tetapi kuat seperti perkamen (Karmawati dkk, 2010).
Indeks luas daun (ILD) adalah besarnya angka perbandingan antara total luas permukaan seluruh daun yang ada pada tajuk dengan luas bidang tanah yang dinauni tajuk tersebut. Pada tingkat perkembangan awal, pertumbuhan dan leba daun akan terus bertambah sejalan bertambahnya umur tanaman. Dengan demikian luas daun pada tajuk akan bertambah, demikian pula luas tanah yang dilindungi jga meningkat. Peningkatan luas daun cenderung mengakibatkan daun saling menutupi antara yang satu dengan yang lainnya (Suwarto dan Octaviany, 2011).

   4.2 Pembahasan
Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan, temperatur, dan sinar matahari menjadi bagian dari faktor iklim yang menentukan. Demikian juga faktor fisik dan kimia tanah yang erat kaitannya dengan daya tembus (penetrasi) dan kemampuan akar menyerap hara. Ditinjau dari wilayah penanamannya, kakao ditanam di daerahdaerah yang berada pada 100 LU sampai dengan 100 LS. Walaupun demikian penyebaran pertanaman kakao secara umum berada pada daerahdaerah antara 70 LU sampai dengan 180 LS. Hal ini tampaknya erat kaitannya dengan distribusi curah hujan dan jumlah penyinaran matahari sepanjang tahun. 
Curah hujan sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman kakao yaitu mengenai distribusinya sebagai pendukung pertumbuhan sepanjang tahun. Hal tersebut berkaitan dengan masa pembentukan tunas muda dan produksi. Areal penanaman kakao yang ideal adalah daerahdaerah bercurah hujan 1.100 3.000 mm per tahun. Tanaman kakao juga dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, asal persyaratan fisik dan kimia tanah yang berperan terhadap pertumbuhan dan produksi kakao terpenuhi. Kemasaman tanah (pH), kadar zat organik, unsur hara, kapasitas adsorbsi, dan kejenuhan basa merupakan sifat kimia yang perlu diperhatikan, sedangkan faktor fisiknya adalah kedalaman efektif, tinggi permukaan air tanah, drainase, struktur, dan konsistensi tanah. Selain itu kemiringan lahan juga merupakan sifat fisik yang mempengaruhi pertumbuhan dan pertumbuhan kakao.
Tanaman kakao (Theobroma cacao L) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang dikembangluaskan dalam rangka peningkatan sumber devisa negara dari sektor nonmigas. Tanaman kakao tersebut merupakan salah satu anggota genus Theobrama dari familia Sterculaieeae yang banyak dibudidayakan. Tanaman kakao juga termasuk golongan tanaman tahunan yang tergolong dalam kelompok tanaman caulofloris yaitu tanaman yang berbunga dan berbuah pada batang dan cabang. Tanaman ini pada garis besarnya dapat dibagi atas dua bagian, yaitu bagian vegetatif yang meliputi akar, batang serta daun dan bagian generatif yang meliputi bunga dan buah. Untuk lebih mengenal tanaman kakao maka kita perlu mengidentifikasi tanaman kakao terlebih dahulu, yang meliputi:
1.    Akar
Akar tanaman kakao mempunyai akar tunggang (Radik primaria). Pertumbuhannya dapat mencapai 8 meter kearah samping dan 15 meter kearah bawah. Kakao yang diperbanyak secara vegetatif pada awal pertumbuhannya tidak membentuk akar tunggang, melainkan akar-akar serabut yang banyak jumlahnya. Setelah dewasa tanaman tersebut akan membentuk dua akar yang menyerupai akar tunggang. Pada kecambah yang telah berumur 1 – 2 minggu terdapat akar-akar cabang (Radik lateralis) yang merupakan tempat tumbuhnya akar-akar rambut (Fibrilla) dengan jumlah yang cukup banyak. Pada bagian ujung akar ini terdapat bulu akar yang dilindungi oleh tudung akar (Calyptra). Bulu akar inilah yang berfungsi menyerap larutan dan garam-garam tanah. Diameter bulu akar hanya 10 mikro dan panjang maksimum hanya 1 milimeter.
2.    Batang
Diawal pertumbuhannya tanaman kakao yang diperbanyak dengan biji akan membentuk batang utama sebelum tumbuh cabang-cabang primer. Letak pertumbuhan cabang-cabang primer disebut jorket dengan ketinggian yang ideal 1,2 – 1,5 meter dari permukaan tanah dan jorket ini tidak terdapat pada kakao yang diperbanyak secara vegetatif. Ditinjau dari segi pertumbuhannya, cabang-cabang pada tanaman kakao tumbuh kearah atas dan samping. Cabang yang tumbuh kearah atas disebut cabang Orthotrop dan cabang yang tumbuh kearah samping disebut dengan Plagiotrop. Dari batang dan kedua jenis cabang tersebut sering ditumbuhi tunas-tunas air (Chupon) yang banyak menyerap energi, sehingga bila dibiarkan tumbuh akan mengurangi pembungaan dan pembuahan.
3.    Daun
Pada Theobroma cacao daunnya merupakan daun tunggal ( folium simplex) yaitu pada tangkai daunnya hanya terdapat satu helaian daun saja Bentuk tangkai daunnya (petiolus) adalah bulat telur Bangun daunnya adalah memanjang (oblongus). Pada ujung ( apex folii) dan pangkal daunnya (basis folii) berbentuk runcing (acutus) yaitu kedua tepi daunnya di kanan dan kiri ibu tulang sedikit demi sedikit menuju keatas dan pertemuaannya pada puncak daun membentuk suatu sudut lancip. Tepi daunnya (margo folii) berbentuk rata (integer). Panjang daunnya adalah sekitar 10-48 cm dan lebarnya adalah 4-20 cm. Susunan tulang daunnya (nervatio) adalah bertulang menyirip (penninervis) yaitu hanya mempunyai satu ibu tulang yang berjalan dari pangkal ke ujung, dan merupakan terusan tangkai daun. Warna daunnya adalah hijau.
4.    Bunga
Bunga kakao tergolong bunga sempurna, terdiri atas daun kelopak (Calyx) sebanyak 5 helai dan benang sari ( Androecium) berjumlah 10 helai. Diameter bunga 1,5 centimeter. Bunga disangga oleh tangkai bunga yang panjangnya 2 – 4 cm. Pembungaan kakao bersifat cauliflora dan ramiflora, artinya bunga-bunga dan buah tumbuh melekat pada batang atau cabang, dimana bunganya terdapat hanya sampai cabang sekunder. Tanaman kakao dalam keadaan normal dapat menghasilkan bunga sebanyak 6000 – 10.000 pertahun tetapi hanya sekitar 5%  yang dapat menjadi buah.
5.    Buah
Buah kakao berupa buah buni yang daging bijinya sangat lunak. Kulit buah mempunyai sepuluh alur dan tebalnya 1 – 2 cm. Bentuk, ukuran dan warna buah kakao bermacam-macam serta panjangnya sekitar 10 – 30 cm, umumnya ada tiga macam warna buah kakao yaitu hijau muda sampai hijau tua, waktu muda dan menjadi kuning setelah masak, warna merah serta campuran antara merah dan hijau. Buah ini akan masak 5 – 6 bulan setelah terjadinya penyerbukan. Buah muda yang ukurannya kurang dari 10 cm disebut cherelle (pentil). Buah ini sering sekali mengalami pengeringan (cherellewilt) sebagai gejala spesifik dari tanaman kakao. Gejala demikian disebut physiological effect thinning yakni adanya proses fisiologis yang menyebabkan terhambatnya penyaluran hara yang menunjang pertumbuhan buah muda. Gejala tersebut dapat juga dikarenakan adanya kompetisi energi antara vegetatif dan generatif atau karena adanya pengurangan hormon yang dibutuhkan untuk pertumbuhahn buah muda.
6.    Biji
Biji kakao tidak mempunyai masa dormasi sehingga penyimpanan biji untuk benih dengan waktu yang agak lama tidak memungkinkan. Biji ini diselimuti oleh lapisan yang lunak dan manis rasanya, jika telah masak lapisan tersebut pulp atau micilage. Pulp ini dapat menghambat perkecambahan dan karenanya biji yang akan digunakan untuk menghindari dari kerusakan biji dimana jika pulp ini tidak dibuang maka didalam penyimpanan akan terjadi proses fermentasi sehingga dapat merusak biji.
Biji kakao sendiri yang kemudian diolah menjadi cokelat memiliki banyak manfaat bagi manusia dan lingkungan, manfaat tersebut berupa memberikan keuntungan besar bagi orang yang membudidayakan kakao karena kakao sendiri merupakan salah satu produk perkebunan unggulan yang mempunyai nilai yang sangat tinggi, dengan nilai yang tinggi ini maka petani yang membudidayakan kakao akan memiliki keuntungan yang besar. Selain itu manfaat tanaman kakao yang telah diolah menjadi coklat yaitu cokelat merupakan kategori makanan yang mudah dicerna oleh tubuh dan mengandung banyak vitamin seperti vitamin A1, B1, B2, C, D, dan E serta beberapa mineral seperti fosfor, magnesium, zat besi, zinc, dan juga tembaga. Cokelat juga terkenal mengandung antioksidan dan flavonoid yang sangat berguna untuk mencegah masuknya radikal bebas ke dalam tubuh yang bisa menyebabkan kanker.
Cokelat juga mengandung lemak yang memiliki fungsi yang sama dengan minyak zaitun dan mengandung mineral esensial untuk memperkuat tulang, kuku, rambut, dan juga kulit. Hal tersebut sangat membantu untuk mencegah proses penuaan. Meskipun dianggap sebagai makanan yang mampu menambah berat badan, cokelat juga dianggap sebagai salah satu makanan yang mampu mengusir rasa stres. Hal tersebut disebabkan karena cokelat mengandung molekul psikoaktif yang dapat membuat pemakan cokelat merasa nyaman. Beberapa kandungan cokelat seperti kafein, theobromine, methyl-xanthine, dan phenylethylalanine dipercaya dapat memperbaiki mood dan mengurangi kelelahan sehingga bisa digunakan sebagai obat anti depresi.
Secara umum jenis kakao terbagi menjadi 3 jenis yaitu Criollo atau yang biasa dikenal dengan sebutan kakao mulia, Forastero dan Trinitario (campuran dari Criollo dan Forastero). Walaupun cokelat yang merupakan makanan dan minuman dari pengolahan biji kakao dan merupakan makanan minuman favorit hampir semua golongan usia, dari anak-anak sampai orang dewasa tetapi sangat sedikit yang mengetahui jenis dan anatomi buah kakao. Berikut ini penjelasan tentang kakao jenis Criollo dan Forastero yaitu:
1. Criollo
Merupakan jenis kakao yang menghasilkan biji kakao dengan mutu terbaik sehingga dikenal sebagai kakao mulia,  fine flavour cocoa, choiced cocoa dan edel cocoa. Buahnya berwarna merah atau hijau dengan kulit buah tipis berbintil-bintil kasar dan lunak. Biji kakaonya berbentuk bulat telur dan berukuran besar dengan kotiledon berwarna putih pada saat basah. Berjumlah lebih kurang 7% dari produksi kakao dunia dan merupakan jenis edel yang dihasilkan di Equador, Venezuela, Trinidad, Grenada, Jamaika, Srilangka, Indonesia dan Samoa.
2. Forastero
Merupakan jenis kakao dengan mutu kakao sedang atau bulk cocoa atau lebih dikenal dengan ordinary cocoa. Buahnya berkulit tebal dan berwarna hijau. Biji kakaonya berbentuk tipis (gepeng) dengan kotiledon berwarna unggu pada saat basah. Jumlahnya sekitar 93% dari produksi kakao dunia dan merupakan jenis bulk yang dihasilkan Afrika Barat, Brazil dan Dominika.
3. Trinitario
Merupakan hybrida dari jenis kakao Criollo dan Forastero secara alami sehingga jenis kakao ini sangat heterogen. Kakao jenis ini menghasilkan biji kakao fine flavour cocoa dan ada yang termasuk dalam bulk cocoa. Bentuknya bermacam-macam dengan buah berwarna hijau dan merah. Biji kakaonya juga bermacam-macam dengan kotiledon berwarna unggu muda sampai unggu tua pada saat basah.
Cahaya mempunyai peranan yang besar dalam proses fisiologi tanaman, dalam hal fotosintesis, respirasi, pertumbuhan dan perkembangan, penutupan dan pembukaan stomata, serta berbagai pergerakan tanaman dan perkecambahan. tanaman yang tumbuh pada intensitas cahaya tinggi umumnya mengabsorbsi ion lebih cepat daripada tanaman yang tumbuh pada intensitas cahaya rendah. Hal ini terjadi karena gula yang dihasilkan dari fotosintesis ditranslokasikan ke akar, direspirasikan, dan energi yang dihasilkan digunakan untuk menyerap ion.   Kekurangan intensitas cahaya menyebabkan jumlah energi yang tersedia untuk penggabungan karbondioksida dan air sangat rendah, akibatnya pembentukan karbohidrat hasil fotosintesis yang digunakan untuk pembentukan senyawa lain juga rendah. Tanaman kakao sendiri menghendaki iklim yang tidak terlalu panas sehingga untuk membudidayakan tanaman kakao di dataran rendah perlu adanya inovasi yaitu seperti suatu naungan pada tanaman kopi.
Lingkungan hidup alami tanaman kakao ialah hutan hujan tropis yang di dalam pertumbuhannya membutuhkan naungan untuk mengurangi pencahayaan penuh. Cahaya matahari yang terlalu banyak akan mengakibatkan lilit batang kecil, daun sempit, dan batang relatif pendek. Pemanfaatan cahaya matahari semaksimal mungkin dimaksudkan untuk mendapatkan intersepsi cahaya dan pencapaian indeks luas daun optimum. Kakao tergolong tanaman C3 yang mampu berfotosintesis pada suhu daun rendah. Fotosintesis maksimum diperoleh pada saat penerimaan cahaya pada tajuk sebesar 20 persen dari pencahayaan penuh. Kejenuhan cahaya di dalam fotosintesis setiap daun yang telah membuka sempurna berada pada kisaran 3-30 persen cahaya matahari atau pada 15 persen cahaya matahari penuh. Hal ini berkaitan pula dengan pembukaan stomata yang lebih besar bila cahaya matahari yang diterima lebih banyak (Karmawati, 2010).
Kakao merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara. Di samping itu kakao juga berperan dalam mendorong pengembangan wilayah dan pengembangan agroindustri. Pada tahun 2002, perkebunan kakao telah menyediakan lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu kepala keluarga petani yang sebagian besar berada di Kawasan Timur Indonesia (KTI) serta memberikan sumbangan devisa terbesar ke tiga dari sub sektor perkebunan setelah karet dan minyak sawit dengan nilai US $ 701 juta.
Perkebunan kakao di Indonesia mengalami perkembangan pesat dalam kurun waktu 20 tahun terakhir dan pada tahun 2002 areal perkebunan kakao Indonesia tercatat seluas 914.051 ha. Perkebunan kakao tersebut sebagian besar (87,4%) dikelola oleh rakyat dan selebihnya 6,0% perkebunan besar negara serta 6,7% perkebunan besar swasta. Jenis tanaman kakao yang diusahakan sebagian besar adalah jenis kakao lindak dengan sentra produksi utama adalah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah. Di samping itu juga diusahakan jenis kakao mulia oleh perkebunan besar negara di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Dari segi kualitas, kakao Indonesia tidak kalah dengan kakao dunia dimana bila dilakukan fermentasi dengan baik dapat mencapai cita rasa setara dengan kakao berasal dari Ghana dan keunggulan kakao Indonesia tidak mudah meleleh sehingga cocok bila dipakai untuk blending. Sejalan dengan keunggulan tersebut, peluang pasar kakao Indonesia cukup terbuka baik ekspor maupun kebutuhan dalam negeri. Dengan kata lain potensi untuk menggunakan industri kakao sebagai salah satu pendorong pertumbuhan dan distribusi pendapatan cukup terbuka.
Rata-rata produksi kakao secara nasional hanya 897 kg/ha/tahun, padahal potensinya dapat mencapai 2.000 kg/ha/tahun. Hal ini terjadi karena perkebunan kakao didominasi oleh perkebunan rakyat dengan produktifitas yang rendah. Penggunaan bahan tanam berkualitas merupakan salah satu faktor yang penting untuk meningkatkan produktifitas tanaman kakao. Bahan tanam kakao dapat berasal dari perbanyakan generatif ataupun vegetatif. Bahan tanam perbanyakan vegetatif asal sambungan akan menghasilkan pertumbuhan dan produksi yang lebih seragam dibandingkan dengan perbanyakan generatif. Jika dibandingkan dengan perbanyakan vegetatif lain, pekerjaannya lebih sederhana, persentase tumbuh lebih tinggi, pertumbuhannya lebih cepat serta produktifitasnya lebih tinggi.

 

1 komentar:

  1. The best video games of all time - YouTube HD
    Videos you can find on YouTube youtube to mp3 are the highlights of my journey. From the comfort of my sofa, to the excitement of the new camera positions and the

    BalasHapus